Rabu, 17 Oktober 2012

konsep dasar akuntansi biaya


KONSEP DASAR AKUNTANSI BIAYA
1.        Pengertian Biaya dan Akuntansi Biaya
Pengertian biaya
Dalam arti sempit biaya adalah sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva. Jumlah yang dibebankan tersebut secara tidak langsung disebut sebagai harga pokok dan dicatat pada neraca sebagai aktiva. Contoh: perusahaan angkutan membeli minibus seharga Rp 30.000.000. bila minibus tersebut dioperasikan dalam kegiatan perusahaan, maka tahun yang menikmati manfaat minibus tersebut dibebani penyusutan. Penyusutan inilah disebut biaya.
Dalam arti luas, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang baik yang telah terjadi maupun yang akan terjadi untuk tujuan tertentu. Maka, biaya mengandung unsur pokok sbb:
1.        Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2.       Biaya dapat diukur dengan satuan uang
3.       Biaya merupakan pengobanan yang telah terjadi atau akan terjadi
4.       Biaya merupakan pengorbanan yang mempunyai tujuan tertentu.
Contoh:
Penerbit yudistira mencetak buku akuntansi biaya, untuk keperluan tersebut diperlukan kertas HVS sebanyak 4.000 rim @ Rp 6.000. Tinta untuk mencetak seharga Rp 4.000.000 kemudian buku tersebut dipromosikan kepada dunia pendidikan melalui guru bidang studi. Setap guru diberi buku akuntansi biaya seharga Rp 2.000.000.
Kesimpulan dari contoh tersebut:
1.        Kertas HVS 4.000 rim dan tinta cetak yang telah dipakai untuk mencetak buku disebut sebagai pengorbanan sumber ekonomi
2.       Pengorbanan berupa kertas dan tinta cetak dapat diukur dengan satuan yang yaitu Rp 28.000.000
3.       Pengorbanan sumber ekonomi tersebut telah terjadi
4.       Pengorbanan tersebut mempunyai tujuan mencetak buku akuntansi biaya, sedangkan promosi melalui guru dengan memberikan buku akuntansi biaya secara cuma-Cuma Rp 2.000.000 merupakan biaya yang akan terjadi.
BIAYA BAHAN BAKU (RAW MATERIAL)
1.        Pengertian biaya bahan baku
Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku yang dipakai dalam proses produksi. Sedangkan bahan baku itu sendiri adalah bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tak terpisahkan dari produk jadi, serta merupakan unsur dasar yang diolah dengan menggunakan biaya tenaga kerja dan biaya ovehead pabrik yang akhirnya menjadi produk jadi.
2.       Harga pokok bahan baku yang dibeli dengan metode perpectual
Setiap mutasi harus dicatat pada kartu persediaan. Contoh: data persediaan bahan baku dari suatu perusahaan pada bulan Januari 2011 sbb:
1 Jan     : persediaan bahan awal 1000kg @ Rp 1.100
5 Jan    : pembelian 1500kg @ Rp 1.100
Maka harga pokok bahan baku tanggal 5Jan
1 Jan                 : 1000kg x Rp 1.100    = Rp 1.000.000
5 Jan                : 1500kg x Rp 1.100    = Rp 1.650.000
harga bahan   : 2500kg                     = Rp 2.650.000
3.       Prosedur pencatatan biaya bahan baku
Pencatatan dengan inventarisasi pisik (periodik)
Bila digunakan metode ini maka persediaan barang/bahan tidak akan berubah dalam tahun buku berjalan sehingga saat terhadi pengembalian atas barang dicatat dalam perkiraan retur pembelian. Nilai persediaan yang masih ada baru diketahui pada akhir periode setelah diadakan inventarisasi secara pisik.
Jurnal saat pembelian
Pembelian                                          xxx
            Utang/kas                                           xxx
Saat pengembalian bahan
Utang/piutang                                   xxx
            Retur pembelian                                xxx
Pada akhir periode akan dibuat inventarisasi/pemeriksaan
Iktisar produksi                                   xxx
            Persediaan bahan baku awal           xxx
            Persediaan bahan penolong              xxx
Persediaan bahan baku akhir          xxx
Persediaan bahan penolong              xxx
            Iktisar produksi                                   xxx

Pencatatan dengan inventarisasi perpectual
Bila digunakan inventarisasi permanen, maka persediaan barang / bahan dapat berubah dalam tahun buku berjalan sehingga saat terjadi pembelian bahan dicatat dalam perkiraan persediaan bahan baku dan saat terjadi pengembalian bahan dicata kredit persediaan bahan baku.
Jurnal saat terjadi pembelian
Persediaan bahan baku                    xxx
Persediaan bahan pembantu           xxx
            Utang/kas                                           xxx
Saat terjadi retur pembelian
Utang usaha/piutang                                    xxx
            Persediaan bahan baku                    xxx
            Persediaan bahan pembantu           xxx
Saat terjadi pemakaian bahan
Barang dalam proses BBB                 xxx
Barang dalam proses BBP                 xxx
            Persediaan bahan baku                    xxx
            Persediaan bahan pembantu           xxx



Metode penentuan harga pokok bahan yang dipakai dan penentuan harga pokok persediaan bahan pada akhir periode
Untuk menentukan harga pokok bahan yang dipakai dan penentuan harga pokok persediaan akhir bahan tergantung dari metode pencatatan bahan yang dipakai. Bila digunakan inventarisasi pisik maka metode penentuan harga pokok, pemakaian  dan nilai persediaan akhir bahan adalah sebagai berikut:
a.      Metode tanda pengenal khusus
b.      Metode rata-rata tertimbang
c.        Metode rata-rata sederhana
d.      Metode masuk pertama keluar pertama
e.       Metode masuk terakhir keluar pertama
Contoh:
Data persediaan bahan, pembelian, dan pemakaiann bahan dari suatu perusahaan pada bulan Januari 2011 adalah:
Jan 1 persediaan awal                        600kg @ Rp 900
Jan 4 pembelian                     1800kg @ Rp 960
Jan 10 pembelian                    1200kg @ Rp 870
Jan 15 pemakaian bahan untuk proses produksi sebesar 1500kg.
Dari data diatas hitunglah:
Besarnya harga pokok bahan baku yang dipakai dan nilai persediaan akhir bahan baku pada tanggal 15 Jan 2011 dengan menggunakan metode sbb:
-         Tanda pengenal khusus, bila pemakaian tersebut adalah : 1200kg dari pembelian tanggal 4 Jan dan sisanya dari tanggal 10 Jan
-         Metode rata-rata sederhana
-         Metode rata-rata tertimbang
-         Metode MPKP
-         Metode MTKP
Penyelesaian:
a)     Tanda pengenal khusus
Bahan yang dipakai berasal dari pembelian:
Jan 4    1200 kg x Rp 960       = Rp 1.152.000
Jan 10  300 kg x Rp 870        = Rp   261.000
Harga pokok bahan yg dpkaiRp1.413.000
Nilai persediaan akhir 15 Jan 2011:
Jan 1     persediaan awal         600kg x Rp 900        = Rp 540.000
Jan 4    pembeliaan                600kg x Rp 960         = Rp 576.000
Jan 10  pembeliaan                900kg x Rp 870         = Rp 783.000
Jumlah                                     2100kg                        Rp 1.899.000
b)     Metode rata-rata sederhana
Harga pokok bahan yang dipakai:
Maka harga pokok pemakaian bahan = 1500kg x Rp 910 = Rp 1.365.000
Nilai persediaan akhir 15 jan 2011:
Jumlah bahan tersebut untuk dipakai                     3600kg
Jumlah bahan yang telah dipakai                            1500kg
Sisa persediaan yang belum dipakai                        2100kg
Maka nilai persediaan akhir 15 jan = 2100kg x Rp 910        = Rp 1.911.000
c)      Metode rata-rata tertimbang
Harga pokok bahan yang dipakai dihitung sebagai berikut:
Maka harga pokok bahan yang dipakai 15 Jan : 1500kg x Rp 920 = Rp 1.380.000
Nilai persediaan akhir : 2100kg x Rp 920 = Rp 1.932.000
d)     Metode MPKP
Terlebih dahulu dicari darimana bahan yang dipakai, untuk itu harus ditelusuri persediaan awal sampai akhir periode. Persediaan awal terlebih dahulu dipakai. Maka harga pokok pemakaian bahan dengan metode MPKP:
Persediaan awal        600kg x Rp 900        = Rp 540.000
Pembeliaan                900kg x Rp 960         = Rp 864.000
Jumlah pemakaian bahan                             Rp 1.404.000
Persediaan akhir 15 Jan : Rp 3.312.000 – Rp 1.404.000 = Rp 1.908.000
e)     Metode MTKP
Harga pokok pemakaian bahan:
Jan 10  1200kg x Rp 870        = Rp 1.044.000
Jan 4    300 kg x Rp 960        = Rp    288.000
Jumlah                                        Rp 1.332.000
Nilai persediaan akhir:
600 kg x Rp 900       = Rp  540.000
1500kg x Rp 960        = Rp 1.440.000
Jumlah                          Rp 1.980.000

Senin, 08 Oktober 2012


Akuntansi keuangan Lanjutan
PENJUALAN ANGSURAN
Pengertian dan Bentuk Perjanjian
Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan perjanjian dimana pembayarannya dilaksanakan secara bertahap.
§  Pada saat barang – barang deserahkan kepada pembeli, penjual menerima pembayaran pertama sebagian dari bagian penjualan (uang muka).
§  Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran.

Macam – macam bentuk perjanjian (kontrak) penjualan angsuran
§  Perjanjian penjualan bersyarat (condition sales contract) dimana barang – barang telah diserahkan, tetapi hak atas barang - barang masih berada di tangan penjual sampai seluruh pembayarannya sudah lunas.
§  Pada saat perjanjian ditanda tangani dan pembayaran pertama sudah dilakukan hak milik dapat diserahkan kepada pembeli, tetapi dengan menggadaikan / menghipotikan untuk bagian harga penjualan yang belum dibayar kepada si penjual.
§  Hak milik atas barang - barang untuk sementara diserahkan kepada suatu badan “Trust”(Trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi. setelah pembayaran lunas oleh pembeli, baru Trustee menyerahkan hak atas barang – barang itu kepada pembeli, perjanjian semacam ini dilakukan dengan membuat akte kepercayaan (Trust Indenture).
§  Beli sewa (Lease Purchase) diama barang – barang telah diserahka kepada pembeli, pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam kontrak dibayar lunas baru sesudah itu hak milik berpindah kepada pembeli.

Penjualan angsuran dengan bentuk perjanjian diatas biasanya dilaksanakan untuk barang – barang tidak bergerak (gedung, tanah, dan aktiva tahan lama lainnya).
o   Untuk perdagangan barang – barang bergerak, penjualan angsuran dilakukan dengan perjanjian diantara penjual dan pembeli dengan syarat2 dan ketentuan yang saling menguntungkan.
o   Perjanjian itu terutama harus mempertimbangkan pihak penjual agar tidak terlalu dirugiakan bila pembeli tidak dapat emmenuhi kewajibannya.

Pengakuan Laba Kotor
1.      Laba kotor diakui untuk periode dimana penjualan dilakukan.
2.      Laba kotor dapat dihubungkan dengan periode diama realisasi pembayaran telah terjadi sesuai dengan perjanjian.

Contoh soal.
Penjualan Juni 2012 Rp200.000.000
Uang muka Juni 2012 Rp40.000.000
Diangsur 32 bln mulai Juli 2012 Rp160.000.000
Masing2 sebesar Rp5.000.000
Harga jual Rp200.000.000
HPP barang yang dijual Rp150.000.000
Laba kotor 50.000.000

Penerimaa pembayaran
Tahun 2012 uang muka Rp40.000.000
Cicilan Jul – Des 2012 Rp30.000.000 + Rp70.000.000
Tahun 2012 cicilan
Jan – Des : 12 bulan 60.000.000
Tahun 2013 cicilan
Jan – Des : 12 bulan Rp60.000.000
Tahun 2014 cicilan
Jan – Feb: 2 bulan Rp10.000.000

1. Laba kotor diakui untuk periode dimana penjualan dilakukan.: Rp50.000.000
 2. Laba kotor dapat dihubungkan dengan periode diama realisasi pembayaran telah terjadi sesuai dengan perjanjian : diakui tiap tahun
Perhitungan :
Thn 2012 (Rp70.000.000 :150.000.000) x 50.000.000 = Rp17.500.000
Thn 2012 (Rp60.000.000 :150.000.000) x 50.000.000 = Rp15.000.000
Thn 2013 (Rp60.000.000 :150.000.000) x 50.000.000 = Rp15.000.000
Thn 2014 (Rp10.000.000 :150.000.000) x 50.000.000 = Rp2.500.000

Laba kotor diakui pada saat penjualan
o   Transaksi penjualan diperlukan seperti hanya transaksi penjualn kredit.
o   Laba kotor diakui pada saat penyerahan barang dengan ditandai timbulnya piutang / tagihan kepada pelanggan.
o   Seluruh biaya yang berhubungan dan dapat diidentifikasi dengan pendapatan yang bersangkutan harus diakui meliputi biaya2 yang diperkirakan akan terjadi dalam hubungannya dengan pengumpulan piutang atas kontrak penjualan angsuran, kemungkian tidak dapatnya piutang direalisasi maupun kemungkinan rugi sebagai akibat pembatalan kontak.

Laba kotor diakui pada saat realisasi pembayaran
o   Laba kotor yang terjadi diakui sesuai jumlah uang kas yang diterima dari penjualan angsuran dalam periode2 yang terkait.
o   Biasanya digunakan untuk kontrak penjualan yang jangka waktunya lebih dari satu eriode akuntansi.
o   Ada beberapa alternatif prosedur yang dapat digunakan
Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai pengembalian harga pokok (cost) dari barang2 yang dijual / service yang diserahkan sesudah seluruh harga pokok (cost) kembali, maka penerimaan selanjutnya baru dicatat sebagai keuntungan.
Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi keuntungan yang diperoleh sebagai kontrak penjualan sesudah seluruh keuntungan yang ada terpenuhi maka penerimaan selanjutnya dicatat sebagai pengumpulan kembali / pengembalian harga pokok (cost).
Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat baik sebagai pengembalian harga pokok (cost) maupun sebagai realisasi keuntungan di dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi harga pokok dan keuntungan yang terjadi pada saat perjanjian penjualan angsuran ditanda tangani. Metode ini memberikan kemungkian untuk mengakui keuntungan proposional dengan tingkat penerimaan pembayaran angsuran dikenal dengan nama metode angsuran / dasar angsuran (installment method / installment basis).

followme